Archive for February, 2011

– Mesir Kuno. 3050 sebelum masehi – 900 sebelum masehi berlokasi di Mesir. Proyek proyek besar di bangun sepenuhnya atas perintah Raja. Contoh bangunannya adalah :
o Kuil Karnak, panjangnya ±433 m (1300 kaki), tiang-tiangnya setinggi 23,5 m dengan diameter ±6,6 m (20 kaki). Tembok, tiang dan pintu gerbang dipenuhi dengan lukisan dan tulisan yang menceritakan pemerintahan raja.
o Piramida, yaitu bangunan untuk makam raja. Arsitek terkenal pembuat piramida adalah Imhotep. Piramida terbesar adalah makam raja Cheops, yang tingginya mencapai 137 meter di Gheza.
– Arsitektur Klasik. 850 sebelum masehi – 476 masehi
o Arsitektur Yunani: Mengekspos kolom dan balok bangunannya (base,saft,capital) dengan tiga aliran Order: Dorik, Ionik, Korintien. Arsitektur Order Dorik mempunyai kolom yang gemuk. Kolom Dorik bisa berdiri tanpa base. Kolom tiang Ionik memiliki ukuran sekitar 9 kali diameter terkecil, jadi lebih langsing, dengan pola hiasan berupa lengkungan-lengkungan spiral (volute) dari kepala atau capital Ionic.. Komposisi bentuk arsitektur dengan order simetris. Bentuk denah umumnya segi empat. Saat itu konstruksi kuda-kuda belum dikenal, sehingga semua bagian bangunan terbuat dari batu dibentuk menjadi kolom dan balok. Dinding terbuat dari batu dengan sistem konstruksi rektangular.
o Arsitektur Romawi: Tiga order Yunani yaitu Dorik, Ionik, Korintien sebagai dekorasi. Selain itu dibangun atas dasar logika horisontal – vertikal dan penggunaan bentuk lingkaran atau lengkung, kemudian kubah/dome (Partheon). Bidang depan bentuknya segi empat, mendekati bujur sangkar. Di dalam dinding pelengkung terdapat relief Dewa dan tentara Roma. Di depan dan belakang, masing-masing terdapat empat kolom model Korintien sebagai hiasan. Bentuk denah berkembang dari bentuk segi empat. Bearing wall dengan Bahan semen sebagai perekat pada dinding. Kolom-kolom dan bagian atas monumen ditumpu oleh pedestal, di kiri dan kanan mengapit bagian bawah dari pelengkung.
– Arsitektur Awal Kristen. 373 – 500 Masehi. Menggunakan order yunani: Dorik, Ionik, Korintien sebagai dekorasi namun menggunakan order romawi sebagai proporsi. Pada dinding di depan altar terdapat triumphal arch berbentuk melengkung dan merupakan klimaks. Lantai memiliki motif rumit dengan bahan marmer.Kolom pada apse berbentuk kubah dan terdapat gambar-gambar visualisasi aklitab. Denahnya berbentuk pengembangan segi empat (Basilika) yang berkembang menjadi bentuk salib, sementara letak kubah berada di perpotongan salib tersebut. Pintu dan jendelanya berbentuk segi empat dengan bagian atas melengkung(setengah lingkaran). Kontruksi atap tidak lagi menggunakan pelengkung dan kubah,namun sudah mengembangkan konstruksi kuda-kuda kayu, bentang ruang lebih lebar,sehingga ruang terkesan menjadi luas. Sebagian besar bangunan memiliki dinding yang terbuat dari batu bata, dinding bagian dalam terdapat gambar lukisan.
– Romanesque (sekitar abad VI). Tipologi dari bangunan di Jaman Arsitektur Romanesque adalah: Denah berbentuk Salib Kristen. Memiliki pola melingkar yang mengambil dari pola kuil Pantheon Romawi. Kolom-kolom diletakkan di dalam ruangan, tidak menempel pada dinding. Pada arsitektur Romanesque bentuk salib selalu didominasi dengan bentuk lengkung (tumpul) yang terlihat pada denah. Pada jaman ini sudah melepaskan diri dari arsitektur Romawi dan mendasarkan pada arsitektur vernakuler Eropa yang masih sederhana. Atap tidak lagi berupa kubah, tetapi sudah mulai meruncing. Juga mulai dikembangkan struktur busur penopang atap.
– Arsitektur Gothic (sekitar 1130 M) Penyebarannya dari Prancis. Ada kecenderungan untuk menambah ketinggian langit-langit hingga jauh melebihi skala manusia, menganut bentuk arsitektur vernakular Eropa dengan beberapa penyempurnaan. Tatanan denah dan bentuk globalnya lebih bebas dari Bizantium dan Romanesque. Perubahan-perubahan yang terjadi pada periode ini: Ketinggian langit-langit yang jauh melebihi skala manusia, terutama pada gereja-gereja dan katedral. Bentuk busur yang meruncing, dikarenakan keinginan untuk menciptakan atap meruncing sebagai ciri arsitektur vernakular Eropa yang merupakan tuntutan iklim salju. Pengembangan bentuk rib vaults—bentuk kubah yang menyerupai rusuk. Pembeda arsitektur Gothic dengan periode sebelumnya adalah sistem konstruksi kolom dan langit-langit tidak terpisah. Jadi antara kolom dan rusuk penyangga atap menyatu. Sebagai pengembangan dari struktur busur silang yang banyak digunakan pada periode sebelumnya. Pada perkembangan selanjutnya, susunan rusuk yang terjadi malah menyerupai kipas. Pada konstruksinya diameter kolom menjadi besar karena sebenarnya kolom besar tersebut merupakan gabungan dari beberapa kolom kecil-kecil yang langsung menopang rusuk. Meskipun sama-sama berukuran besar, pada arsitektur Yunani hal ini lebih dikarenakan kebutuhan struktural untuk menopang beban atap dan entablature yang sangat besar.Kolomnya berkembang menjadi kolom strutural dan non struktural. Ada juga buka-bukaan yang lebar, sehingga arsitektur Gothik identik dengan permainan cahaya di interior yang bertujuan untuk menambah keagungan dan unsur spiritual.
– Renaissance (sekitar awal abad XIV) Pada masa ini, perubahan dan perkembangan arsitektur dilihat dari tata denah dan sistem struktur dapat dikatakan kurang. Perkembangan denah yang tercatat hanyalah bahwa denah lebih bebas—tidak terikat pada tatanan baku seperti pada periode-periode sebelumnya—tetapi menganut simetri. Teknologi struktur juga mengalami stagnasi. Perkembangan justru terjadi dalam usaha untuk “merias” diri. Hal ini dipengaruhi oleh banyak bermunculannya seniman patung dan pelukis pada masa itu—seperti Leonardo da Vinci dan Michaelangelo—sebagai dampak dari isu kelahiran kembali kesenian setelah lama ditekan oleh pihak gereja pada masa itu.
– Baroque dan Rococo Kecenderunag untuk merias arsitektur dengan ornamen semakin besar, dan mencapai puncaknya pada periode Baroque. Pada periode ini marak dikembangkan seni melukis di langit-langit bangunan (fresco). Sedangkan di Prancis, Rococo merupakan wabah penggunaan ukiran tiga dimensional berbenuk kurva dan penggunaan lapisan emas pada ukiran-ukiran tersebut. Ornamen-ornamen ini dikembangkan sebagai perlambang status sosial pemilik bangunan dan mencerminkan prestise. Perbedaan pada gaya Baroque dan Rococo yaitu pada Baroque kemurnian geometrinya masih dapat terlihat sedang pada Rococo, ornamen-ornamen bangunan begitu banyaknya sehingga bentuk dasar geometrinya tidak terlihat. Kegilaan akan ornamen yang berlebhan sehingga menghilangkan bentuk geometri dasar yang sebelumnya masih dapat diidentifikasi pada masa Renaissance, bentuk-bentuk ornamen yang “penuh gejolak”, serta ikut berkiprahnya seniman-seniman yang kurang bermutu menimbulkan kejenuhan pada masyarakat arsitektur. Kejenuhan akan kepura-puraan dan keinginan untuk melahirkan suatu karya yang bersifat lebih “tenang” melahirkan periode baru dalam arsitektur: periode arsitektur neo-klasik.